Tuesday, May 6, 2008

PENJARA ASUMSI

Lalu lalang, malang melintang, deras, keras, cepat, aku takut. Berusaha merejam, dengan mata terpejam, kepal tangan tergenggam, mulut terkatup diam, dan berusaha menghadapi ketakutanku, sendiri, disini, tanpa kamu.

Sesak, keras, melesak masuk kedalam sanubari yang memang sudah renta dimakan masalah yang kronis, semakin membuat jantungku berdetak cepat dan mengurangi jatah oksigen masuk ke paru-paruku.
Kepalaku penuh oleh bayangan-bayangan yang menyakitkan.
Asumsi.
Aku coba lawan.
Lawan.
Tidak kuasa.
Aku dibakar rasaku sendiri.

Liar, melintas, bebas, lepas dan semua menjadi bias.
Napasku kian meronta di kerongkongan
Gigiku gemeletuk
Mataku membelalak dan terpejam
Lagi, lagi dan lagi
Asumsi itu semakin liar, merajalela, menguasai hati dan pikiranku!

Maaf, aku tidak sanggup melawannya
Terlalu deras arus yang datang
Aku tidak bawa dayung
Aku kehilangan haluan
Aku pilih untuk menenggelamkan diriku saja

Dan biar sisa hari yang membunuhku perlahan