Friday, September 6, 2013

PUISI UNTUK BUNDA



 Hari ini aku bertanya,
"Untuk apa diriku diciptakan?"

Sederhana, tapi tak sesederhana itu
Untuk menjawabnya...
 Butuh waktu
 Perjuangan
 Kesungguhan
 Entah... apa lagi namanya itu...

Tanya yang harus kujawab
 Dengan benar dan pasti
 Hingga kuyakin
 Itu... pasti benar

 Oh Allah Tuhanku...
 Engkau bilang
 Surga di telapak kaki Ibu
 Makna yang terbalut bahasa
 sang sulit kuterjemahkan

 Biarkan kucoba mencari
 Mulai hari ini.. dan seterusnya...
 Hingga kuberhenti 
 Tuk kudapati semua jawaban itu...

 Bunda...
 Ijinkan aku mencari Surgamu
 Yang masih rapat..
 Tersimpan di antara rimbun belantara hidup

 Bunda...
 Kumohon petuahmu
 Hingga kuberhasil
 Sehingga kubuat Kau bahagia di sisiku...

 Bunda...
 Tunjukilah
 Arah mana yang kan kutuju
 Timur, Selatan, Barat atau Utara
 Tuk kudapati dimana Surga Hatimu...

 Bunda...
 Ridhailah
 Perjalananku ini
 selalu dalam doa dan ampunanmu
 Tuk menggapai hidayah dan ridha-Nya...


Thursday, September 5, 2013

AKU ADALAH OMBAK:)



Oh....!
Aku adalah  ombak.
Aku dan pantai adalah sepasang kekasih.
Angin menyatukan dan memisahkan kami.

Aku datang dari atas temaram, untuk

menggabungkan perak buihku dengan emas 

pasirnya;
Dan ku sejukkan jiwanya yang membara dengan 

kelembabanku.

Menjelang fajar kubacakan dalil gairah buat 

kekasihku,

dan ia menarikku ke dadanya.

Di senja hari kunyanyikan lagu kerinduan,

dan ia datang memelukku.


Tuesday, September 3, 2013

MENANTI TANTANGAN DARIMU

Sedang tidak ingin berlari
Hanya ingin sepi sendiri
Sedang tidak ingin menjerit
Hanya sedang ingin menikmati rasa sakit

Biarkan satu semua dalam larut
Biarkan satu semua dalam hanyut

Sedang tidak ingin melompat
Hanya sedang ingin sibuk mengumpat
Sedang tidak ingin tertawa
Hanya sedang ingin menggeliat dan bersendawa

Biarkan berkumpul seperti lalat
Biarkan terbentuk seperti ulat
Menggeliat
Satu umpat
Dua berkelit
Tiga umpat
Empat MENJERIT

Telapak kaki yang lelah
Mata yang jenuh
Hati yang retak
Pikiran yang pecah

Setidaknya aku masih disini
Dan belum mati
Akan tetap seperti ini
Menanti
KAMU menjemput AKU
Akan AKU tunggu KAMU
Sekali lagi menantang AKU
Akan Aku terima tantangan KAMU. . .


Thursday, August 8, 2013

DEAR PANGERAN WILLIAM, DI NEGERI FANTASY:-)

Hai Pangeran william...
apa kabarmu di negeri fantasy?

Aku rindu. rasanya sudah begitu lama aku tidak berkecimbung di dunia khayal ku bersamamu. apa kabar dengan istanaku? apa kabar dengan singgasanaku? apakabar dengan ombak di lautan biruku? serta taman tempat bermain ku?

malam ini aku datang lagi. dan sejenak, aku akan meluangkan waktu untuk merefleksikan diri bersamamu.

aku ingin sedikit bercerita. tentang seorang ratu yang akan mengisi kekosongan singgasana negeri fantasy ku. seorang wanita yang mampu membuat aku merasa seperti berharap-harap cemas untuk melewatkannya. seorang wanita yang mampu mengundang bahagia ditengah kekosongan jiwa. mampu menjadi penerang dalam kegelapan. oase di tengah gersang padang pasir yang kekeringan. pelangi di antara hujan dan petir yang menyambar. serta mampu untuk mewujudkan seribu bentuk keindahan.

aku hampir tak bisa untuk mengungkapkan apa yang saat ini aku rasakan. yang jelas, yang aku rasakan sekarang jauh lebih indah dari pada yang aku ungkapkan. dari mana awalnya--aku juga tidak tau. dan aku juga berharap ujungnya juga tidak pernah tercipta.

sempat kemarin, tanpa sengaja aku mengatakan "I Love U" kepadanya. spontan. tapi hatiku meng"iya"kan. tidak ada yang berani sedikitpun untuk berontak. seperti segala bentuk rupa di sisiku serta hatiku berkata setuju akan hal itu. aku tak tau mengapa. justru yang aku rasakan adalah bahagia. rasanya setelah aku mengatakan hal yang seperti itu kepadanya, hatiku lega. serasa lepas dari hutang yang trilliunan. terlebih lagi............ia juga mengatakan hal yang sama kepadaku. rasanya aku tidak percaya. konyol malah. tapi nyata.

entahlah, awalnya aku juga tidak yakin! bukan tentang hatiku. tapi perasaannya kepadaku.

berulangkali aku mencari kepastian. meyakinkan hati kalau dia juga merasakan hal yang sama aku rasakan. bukan karena aku tidak percaya. justru aku juga menginginkan ada hubungan timbal balik antara hati dengan jiwa. susah memang untuk menuangkan rasa itu ke dalam bentuk untuian kata. untuk mengeja kata "CINTA" saja rasanya belum tuntas.  tapi setidaknya, "Tersenyum" saat ia memberikan sapaan melalui pesan singkat juga telah menjadi bukti kalau aku memang benar-benar mencintainya. pun sebaliknya.

Lebih konkrit lagi, ketika aku mengajaknya bermain di negeriku. ya, negeri fantasy. malam itu, ku mainkan imajinasiku bersamanya. lewat media yang tak bernyawa. hanya memberikan kedekatan dalam bentuk suara. setiap kali mata ini menangkap bayangannya, jantung ini serasa berhenti. Setiap kali tubuh ini berpapasan dengan sosoknya, udara di sekeliling terasa habis. Setiap hidung ini menghirup aromanya, waktu serasa terhenti. pelukannya sangat terasa. sungguh memberi kehangatan--pun menenangkan jiwa. rasanya aku ingin bersamanya selamanya. tanpa ingat waktu, hari, tahun, sampai kapanpun aku akan mau dan tetap mau.

Kian lama, kian menusuk. berbisa. lumpuh. seakan-akan tak ada lagi hati yang lain yang bisa tuk disinggahi. kini aku telah terpuruk diujung hatinya. Meringkuk, Seperti bayi dalam rahim. Menantinya. Menunggu dengan harap-harap cemas. Mengandalkannya untuk menyelamatku Dan membawaku pergi ketempat dimana aku bisa tenang dan damai.

semakin hari, cinta ini semakin membesar. entah sebesar apa aku juga tidak tahu. tapi yang jelas, bahagia selalu mengiringi saat-saat aku berssamanya. selalu ada cinta di sana. ada sayang. ada rindu. dan entah apa lagi namanya. lebih dari cinta pun ada. ya, rasa ingin memiliki seutuhnya. hidup bersama, menata hari esok dengan penuh bahagia.

aku ingin merasakan manisnya cinta. sehebat-hebetnya kasih sayang, sehebat-hebatnya perjuangan, sehebat-hebatnya pengorbanan, dan lebih dari kebahagiaan. aku ingin merasakan segalanya. aku ingin menggantungkan ribuan--jutaan--milyaran--trilliunan hariku hanya bersamanya.

kini, setiap hembus nafas cinta akan ku lalui dengan ikhtiar terbaik. percaya semua akan berada pada garis total kebersamaan yang bermuara pada kebahagiaan. eksistentsi cinta akan terlihat jelas apabila radar waktu telah berdiri tepat di tengah-tengah kemapanan. meski,  hari ini belum terlihat wujudnya. tapi setelah kapasitas hari  telah terpenuhi. semua hal yang terindah bersamanya akan begitu terasa.

semoga rasa ini akan tetap ada--pun selalu ada, selamanya. . .


Thursday, July 11, 2013

KAU ADALAH JAWABAN



Aku berjalan menyusuri jalan setapak yang sempit,
Di tengah kegelisahan zaman, dikelilingi topeng kemunafikan.
Berharap masih ada tangan yang tulus meraihku,
Membawaku ke taman kebahagiaan abadi tanpa batas.

Aku tertatih, letih mengutuk setiap langkahku,
Ku terhampar pasrah, menyerah selamanya,
Hingga kau datang melayangkan tamparan di keningku,
Kau tersenyum lirih, menyiratkan pesan kedamaian.

Hatiku terbuka, bangkit dari kekosongan dan keluhan,
Aku sadar masih ada sinar cahaya di kegelapan malam,
Masih tersisa kesetiaan di pekatnya kabut fajar,
Masih ada sehelai cinta sejati yang dapat ku rajut.

Engkau adalah jawaban atas pencarian cintaku,
Yang mampu memupuk dan menyirami hatiku yang usang.
Engkau adalah batas segala penjuru di perjalananku,
Yang mampu menuntunku melewati sisa hidup dengan islami.


Tuesday, July 2, 2013

SALAHKAH IPOEL JATUH CINTA ?



Namanya Ipoel, lengkapnya Syaiful Caiiank Kamuh Chelalu. Orang Jawa yang lama di Sumatra.
Bukan soal keturunan yang bikin Ipoel resah. Melainkan perkara lain, sifat Ipoel yang terlalu pemalu sejak dulu.

Benar sih, mestinya sebagai cowok Ipoel lebih pede dan gak usah terlalu pemalu. Tapi gimana lagi, udah bawaan dari sononya. Soalnya abangnya pernah bilang, kalau waktu lahir aja Ipoel malu banget buka mata. Untuglah Emak dan Bapaknya rajin ngebujukin, sehingga as a baby Ipoel akhirnya pelan-pelan melek dan berani melihat dunia. bule gileeee.....!

Sikap Ipoel ini bukan gak pernah ngasi kerugian. Dia juga tau. Seperti kejadian Lebaran di rumah Mang Karno.

“Diminum Poel”

Ipoel Cuma ngangguk. Adeknya Si Asep udah dari tadi ngabisin sirup jatahnya.

“Jangan diam aja kamu Poel. Diminum kenapa?”

Suara Mang Karno kembali terdengar. Ipoel ngangguk lagi sambil senyum dikit. Habis gimana, Ipoel masih malu banget. Apalagi anak gadisnya Mang Karno dari tadi ikut-ikutan ngelirik dan senyum-senyum tipis.

Lima belas menit kemudian. Mang Karno kembali menyuruh minum. Kali ini dengan kalimat bernada perintah.

“Ipoel...Ipoel... Minum kamu Poel...!”

Suara Mang karno yang keras, bikin Ipoel kaget dan buru-buru pengen meraih gelas. Lagian Ipoel juga kehausan sih. Eh, gak disangka Ipoel kalah cepat dengan adiknya, Asep. Tangan Si Asep udah duluan nyambar gelas jatah Ipoel. Terus nenggak sampe habis. Benar-benar gak punya perasaan tu Si Asep.

“Ahhh... segar... Makasih Mang.” Kata Asep setelah isi gelas tandas. Lalu... “Bang Ipoel sih gak suka sirup, dia lebih suka air putih, Mang.!” Kalimatnya nakal, sambil ngelirik ke arah Ipoel. Tega banget, malah tangan kanan Ipoel masih ngegantung di atas meja.

“Eh, benar kan, Bang?”

Ipoel melotot. Dalam imajinasi Ipoel malah udah nonjok Asep sampe babak belur.
Kejadian itu gak Cuma sekali. pernah juga waktu Wak Paino, yang baru naik haji, datang ke rumah bawa banyak oleh-oleh. Pas giliran bagi-bagi,

“Ipoel, kamu suka gak sih?” tanya Wak Paino sambil tangannya nyodorin tasbih.
Seumur hidup itu tasbih paling ganteng yang pernah Ipoel lihat. Dalam hati Ipoel udah ngangguk-ngangguk, dan teriak ‘Mau, Waaakk!’, tapi tau sendiri kan. Ipoel githu lho... susah banget ngeluarin omongan dari mulut, Cuma dadanya aja yang kempang-kempis.
Melihat itu Wak Paino menarik nafas.

“Yee... kalau gak suka gak usah! Mungkin Abangmu suka...”
Dan Abangnya Si Ipoel dengan senyum lebar langsung ngerebut tuh tasbih dari tangan Wak Paino.
Karuan aja Si Ipoel bengong. Untung aja pembagian oleh-oleh belum berakhir.

“Nah, Sajadah ini Wawak beli di Madinah. Gimana Poel? Suka gak sama sajadah ini?”
Ah, Wak Paino memang baik. Si Asep aja Cuma dapat kurma tiga biji. Ipoel pun buru-buru pasang tampang antusias, dan siap-siap ngucapin terima kasih. Tapi, ya... lagi-lagi gak mudah buat Ipoel nyusun kata-kata, walaupun sama Wawak sendiri. Ipoel kan pemalu. Terus takut banget Ipoel salah ucap, ntar jadi malu-maluin kan repot. Malah keluarga besar lagi ngumpul semua. Termasuk anak gadisnya Mang Karno! Jadi Ipoel uda bertekad mengucapkan terima kasih yang penuh kesan.
Gara-gara mikir kelewat keras, senyum Ipoel malah menghilang. Jidad Ipoul jadi mengerut dan tampang antusiasnya berubah mirip ikan cupang aduan.

Wak Paino keliatan mulai putus asa. Supaya dia gak berubah pikiran lagi, Ipoel pun ancang-ancang buka mulut. Biar Wak Paino tau Ipoel merasa berterima kasih, dan tuh sajadah bakal dipakai buat taraweh, sholat ied, dan....

“Buat saya aja deh, Wak. Kayaknya Bang Ipoel nggak mau.”

Asep yang duduk di belakang Wak Paino, nyeletuk. Ipoel mendelik. Wak Paino keliatan ragu.sajadah di tangannya dibentangkan dilipat lagi dan ditaruh di pangkuan.

Karuan aja Si Ipoel jadi panik dan teriak-teriak dalam hati, ‘Jangang, Wak... itu sajadah paling bagus yang pernah aku lihat, Wak. Walaupun made in china. Tapi, aku mau banget, Wak. Mau banget, sumpah!’

Tapi sampai beberapa waktu mulut Ipoel masih tertutup rapat kayak kena lem tikus cap gajah. Gak mengeluarkan kalimat apapun. Sampai Wak Paino menyerah. Dan Asep menyambar sajadah dari tangan Wak Paino, kemudian mengibas-ngibaskannya di muka Ipoel dengan penuh rasa kemenangan.

“Somprettt...!” kata Ipoel. Tapi lagi-lagi Cuma dalam hati.

***

Ipoel bukan gak berusaha ngilangin sifat pemalunya yang over dosis dan sering ngilangin kesempatan emas. Beberapa kali Si Asep juga ngasi kiat-kiat sukses ngilangin sifat pemalunya.

“Bang Ipoel harus Pe-De...!”

Nasehat Asep. Sumber kejengkelan, tapi juga yang paling tahu masalah Ipoel.

“Ngomong gampang. Caranya dong...!”

Asep. Yang usianya dua tahun di bawah Ipoel cengengesan. Bikin Ipoel ingat lagi sama sajadah Wak Paino. Kalau udah githu, bawaan Ipol pengen nge-jitak kepalanya Si Asep aja. ‘Heh... sabar... orang sabar disayang tuhan!’

“Kalau orang sabar, bagus Bang. Tapi kalo pemalu, apalagi keliatan kayak Abang, rugi, tau!”
Seperti tahu isi hatinya Si Ipoel, Asep berkoar lagi.

“Abang terlalu banyak mikir, sih! Kalau mau ngomong, ngomong aja. Mau ngelakuin apa-apa, lakuin aja! Itu kuncinya!”

Berbekal input dari Si Asep. Ipoel pun mencoba pede dan cuek beybeh. Ketika sorenya mang Karno datang bawa cewek yang cakep banget. Ipoel pun mencoba ngikutin sarannya Si Asep. Nyeplos sesuai kata hati.

“Wah tumben Mamang datang bawa cewe bening. Keponakan dari mana? Kok Ipoel belum kenal. Kenalin dong...!”

Kelar kalimat panjang itu, rasanya perut Ipoel makin mules. Gak percaya kalimat selancang itu keluar dari mulutnya. Tapi asli cewe itu memang bening banget. Kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Alisnya tebal pake sangat. Dan bibirnya...merah banget dah. Mirip pemeran Nunung dalam pemeran OVJ.  Ngeliatnya Ipoel gak jadi nyesal. Dari pada kalah cepat dengan yang lain.
Mang Karno keliatan narik nafas dalam-dalam pertanda baik. Ipoel pun buru-buru ngulurin tangan ke cewe yang ada di sebelah Mang Karno, yang keliatan mesem-mesem.

“Kamu mau dikenalin?”

Ipoel ngangguk. Gak ngerti kenapa tampang Mang Karno, duda beranak dua itu rada berubah.

“Nih kamu kenalin, ya? Ini calon istri Mamang. Namanya Atun. Puas, Poel?

***

Sejak peristiwa Mang Karno Ipoel jadi tambah kehilangan nyali untuk ngerubah diri. Awalnya semua mengalir biasa. Gak ngaruh. Toh Ipoel pikir dunia baik-baik saja. Sekalipun Ipoel tetap kayak gini.
Tapi perasaan Ipoel baru benar-benar tersiksa. Apalagi ketika melihat anak baru yang lagi di ospek di sekolah.

Sebagai kakak tingkat (senior). Biar gak duduk di kepanitiaan, harusnya Ipoel bisa dong ngambil hati tuh anak cewek?

Nyatanya udah sejam lebih Ipoel Cuma mandangin tuh cewek dari balik jendela. Sebenarnya sih tampangnya kalah cakep sama istri kedua Mang Karno. Tapi ekor kudanya benar-benar bikin tampangnya yang hitam manis itu tampak innocent dan gak berdaya. Bikin hati Ipoel gak tega.
Apalagi sejak kemarin si Oneng—begitu julukan anak-anak saking gaya ngomongnya ngingatin mereka sama pemeran di Bajaj Bajuri, jadi bulan-bulanan anak-anak satu sekolahan.

“Stop! Mulai sekarang jangan ada lagi yang gangguin Si Oneng, ngerti?”

Ipoel berdiri berkacak pinggang. Bikin senior-senior yang lain pangling dan langsung minta-minta maaf. Lalu dengan gentle Ipoel ajak Si Oneng yang dari tadi jongkok, bangkit. Matanya terpaku pada mata Ipoel. Bibirnya mengulum senyum. Penuh terima kasih...

Sayangnya semua terjadi dalam imajinasi Ipoel. Kenyataannya Oneng masih harus jalan jongkok. Mana disuruh ngesot sampai jauh lagi. Hhh...

“Bang Ipoel harus berani nyamperin tuh cewek. Bilang kalau abang suka. Jagan sampai di duluin sama Juki yang biang tu...!”

Ipoel menarik napas panjang-panjang. Kenapa juga dari sekian banyak saudara yang Ipoel miliki, Ipoel mesti mentok sama Si Asep. Curhat juga sama tuh bocah. Hasilnya.. ya... gini!

“Abang harus bangkit. Harus perbaiki penampilan mulai besok ke sekolah. Rambut klimis. Sepatu disemir mengkilat. Terus pake deh baju yang bagusan dikit. Sama celana panjang dari Mbak Erni waktu lebaran kemarin. Jangan lupa...”

Asep jalan mondar-mandir. Seperti berfikir keras apa aja yang harus Ipoel siapin agar tampil oke di depan Si Oneng.

“Jangan lupa apaan?” kejar Ipoel penasaran.

“Sarung kotak-kotak. Bang Ipoel bagus lagi pake itu!”

“Hehh... nih anak! Itu bagusnya dipake ngeronda. Bukan ketemu cewek!”
Asep nyengir. Gingsulnya nyembur di bibir sebelah kanan.

“Cuma ngecheck, Abang masih focus gak.. hehe..!”
Ipoel ngembus napas keras.

“Percuma, Sep.”

“Apanya yang percuma?”

“Abang nggak bakalan berani.”

“Tapi Bang Ipoel harus berani. Masak mau patah hati mulu tiap tahun.”

Asep benar. Tapi Ipoel masih malu banget. Ipoel gak bisa ngebayangin reaksinya Si Oneng. Iya kalau Ipoel keliatan bagus di mata dia. Lha.. kalau nggak?
Belum-belum aja Ipoel udah minder. Cewek kayak Si Oneng pasti yang ngantri berjibun. Sama berjibunnya dengan tumpukan pakaian kotor di atas lemari Si Kama... opsss... penulisnya kecoplosan... hehehe. Tapi memang iya. Kalau Ipoel mau dekatin Si Oneng, tampang paling nggak kayak Morgan Smash. Dan yang pasti naik mobil marcedes tipe x-1juta.
Gara-gara pemikiran itu, Ipoel jadi makin malu-malu. Dari hari ke hari. bulan ke bulan. Sosok Oneng dengan rambut ekor kudanya yang ngegemasin, hanya Ipoel pandang diam-diam. Kadang-kadang dari balik jendela.

Pernah juga mandangin dari balik punggung temannya. Yang berdiri diantara Ipoel ama Si Oneng. Bayangin Ipoel begitu dekat. Hanya berjarak satu meter. Saking asyiknya mandangin. Ipoel gak sadar temannya Oneng uda pergi, dan tatapan Ipoel ternyata uda nyeplos langsung ke Oneng.
 Harusnya Ipoel bisa manfaatin moment itu kan? Bilang “hai” kek. Nanggung udah beradu pandangan. Tapi ternyata Ipoel Cuma menatapnya dengan penuh cinta dan damba yang mungkin membuat Si Oneng malah ketakutan dan cepat-cepat cabut. Hehh...
Tapi perjuangan Ipoel, byar bisa memandangi pujaan hati, belum selesai. Seperti waktu ada kesempatan kemping bareng. Sampai pegel Ipoel ngintip Onengng dari...

“Woi... ngapain kamu di semak-semak?”

O-ow...

Teriakan itu membuat Si Oneng yang lagi berdiri di depan tenda itu kaget.
Untuk beberapa detik Ipoel masih mikir, apa sebaiknya dia tetap di tanah, pura-pura nyari sesuatu. Atau sebaliknya justru buru-buru bangun, bilang aja habis nyungsep dengan damai.
Tapi di sekitar Ipoel keburu ramai. Sementara Ipoel pasti malu kalau ketahuan Si Oneng. ‘Apapun yang terjadi aku gak boleh bangkit’ kata Ipoel dengan suara hampir tak terdengar. jadilah Ipoel malah berbalik telentang, seperti di tepi pantai, sambil nunjuk ke atas.

“Nggak ngapa-ngapain. Eh, tu awan di atas putih banget, ya?”

Garing banget kan?

***

Ipoel tau semuanya gak boleh dibiarin begini. Harus diakhiri. Gak Cuma bikin sekolah dia saja makin mulur karena gak konsen. Tapi juga karena Si Oneng memang memikat hatinya. Ipoel akan membuktikan. Pilihannya gak salah. Memang Si Oneng selain manis, otaknya juga encer. Pasti bakalan jadi mantu kesayangan Ortunya. Itu kalau jadi....

“Bang Ipoel tuh gak jelek, tau gak siih?”

Asep nyerocos lagi. bocah ingusan itu sekarang udah MA kelas X. Dan udah gonta ganti cewek. Lima atau enam atau berapa kali deh...

“Tapi kan juga gak ganteng, Sep.”

Jawaban Ipoel membuat Asep tertegun sambil matanya menatap lurus ke muka Ipoel, sebelum dia menjawab lirih.

“Iya juga sih...”

Suasana lengang. Besok, atau selamanya cinta Ipoel hanya bermain sebatas mimpi. Sebab besok Oneng Lulus dari MTs dan gak nyambung MA ke yayasan yang sama.

“ Yang penting pede, dari dulu kan Asep dah bilangin. Cari lagi kelebihan-kelebihan Bang Ipoel. Misalnya...hmm....apa ya....misalnya aja...”

Asep masih mikir lama banget. Belum nemu-nemu juga jawaban dari pertanyaannya sendiri. bikin Ipoel jadi sebel.

“Ah, misalnya aja Bang Ipoel gak bego, kan?”
Ipoel ngangguk. Meski gak pintar-pintar amat, tapi Ipoel bisa kok ngikutin pelajaran di sekolah.

“Memang sih gak dapat juara kelas, alias gak pintar-pintar banget...”

Kalimat Asep barusan bikin Ipoel meringis. Sedikit sedih. “Iya sih...”
Ah, Asep mamang saudara sejati Ipoel. Meski kadang sering nyambar rejekinya Ipoel, tapi sejatinya dia peduli banget sama abangnya yang satu itu. Yang nggak nganteng-ganteng amat, yang nggak pintar-pintar amat, yang..........

“Sep, dari tadi kamu sebenarnya mau bikin Abang pede atau mau bikin Abang tambah minder sih...?”
Asep nyengir.

“Udah, pokoknya besok Abang dandan yang rapi. Terus kasih selamat sama Si Oneng. Oke....!”
Hati Ipoel langsung girang.

“Iya, iya, susah banget aku nyari alasan mau ngomong sama  Si Oneng. Bilang aja selamat, terus......”

“Aku suka sama kamu, Neng!” sambung Asep cekatan.

***

Begitulah akhirnya saudara-saudara. Dengan mengumpulkan keberanian Ipoel mendekati Si Oneng. Dalam atribut perpisahan. Oneng yang hitam manis makin kelihatan cantik. Apalagi sambil tersipu seperti sekarang ini. kedua orang tuanya yang ngampit juga kelihatan sama hepinya.

“Ah Oneng! Sebenarnya udah lama aku ada feeling gitu, Neng. Tapi ya... Ipoel gitu lho... Abangkan pemalu...”

Dan diluar dugaan, senyum di bibir Oneng makin lebar. Terus mendadak aja wajahnya mendekat...mendekat...mendekat. bikin Ipoel deg-degan dan kaget.

Tiba-tiba....

“Ah..... imaji lagi...imaji lagi...!” Ipoel nyeletuk. Sedangkan Asep bengong ngaliat Ipoel menikmati imajinasi dinginnya.

“Jadi sebenarnya gimana sih bang? Abang jagi gak ngomongin perasaan Abang ama Si Oneng?” Suara Asep lagi.

Ipoel diam. Masih kempang-kempis.

“Jadi dia ngedekatin wajah ke siapa? Ke Abang?”

Ipoel narik napas. Patah hati.

“Itu dia, Sep. Keburu di serobot ama Si Juki.” Jawab Ipoel dengan suara lemes.

“Lha... katanya Abang udah nembak dia. Abang bilang Abang amat cinta ama dia. Lha... kok diserobot ma Juki?” Asep terus mengejar.

Ipoel masih diam.

Hanya dalam nuansa kelabu. Terbayang lagi kejadian tadi siang. Saat seperti biasa. Ipoel sibuk berangan-angan. Tahu-tahu Juki mendekat dan ngomong mesra sama Si Oneng. Dan oneng........

“Oneng mendekatkan wajahnya... dekat sekali, Sep...”

“Bang Ipoel...Bang...Bang Ipoel...???”

Seketika Ipoel shock.

Lalu....

Puyeng.

Lalu....

Pingsan.

Kasihan Si Ipoel. Pingsan sebab cinta menahun tak terbalas, apa... apa Ipoel salah jatuh cinta saudara-saudara???