Friday, January 31, 2014

AKU MENULIS KARENA AKU INGIN DIKENAL

Salam sapa untuk Blogger Energy. . .

Menulis adalah salah satu aktivitas interaksi sosial melalui tulisan. secara tidak langsung, kita telah mengajak seseorang (pembaca) untuk mendengarkan apa yang kita katakan melalui tulisan. berusaha untuk menyajikan obrolan atau topik menarik, dan berusaha mentranformasikannya dengan gaya bahasa yang mudah di pahami. dengan begitu, aktivitas menulis bisa berarti serupa  aktivitas berbagi ide, gagasan, cuhat, hiburan, dan lain-lain.

Menulis juga berarti meninggalkan jejak pemikiran. Bisa di jadikan kenangan pribadi atau barang peninggalan untuk anak cucu kita nantinya. sebagai mana yang di katakan oleh beberapa ahli dalam dunia tulis menulis:

Saat kita meninggal kelak, jasad dan otak kita akan terkubur dalam tanah. tapi tidak dengan pemikiran kita, karena tulisan itu tidak ada matinya sampai kapanpun dan pasti akan terkenang bahkan sampai melampaui batas umur kita. (Ahmad Fu'adi)

Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. (Imam Al-Ghazali)

Orang yang banyak membaca namun tidak pernah menulis, itu adalah orang yang sakit, seperti orang makan tapi tidak BAB. (Kang Abik)

Dari kutipan di atas, tampak jelas bahwa sejatinya menulis bukan hanya sekedar aktivitas melalui hoby atau bakat seseorang. melainkan menulis seharusnya menjadi kebutuhan untuk semua orang. dengan menulis kita akan di kenal dunia meski kita bukan orang pentin seperti anak raja atau anak seorang ulama besar. penulis tidak dikenal karena jabatan. melainkan dengan hasil goresan tinta penanya.


MENGAPA MEMILIH MENJADI BLOGGER PERSONAL?
 
Sudah menjadi rahasia umum bahwa blog adalah salah satu cara mengekspresikan diri melalui tulisan di dunia maya. semua orang bisa membuat dan memiliki blog. baik secara personal maupun komersil. tidak ada aturan yang mengkhusukan seseorang untuk memiliki blog kecuali bisa membaca dan menulis. mayoritas.

Setiap orang yang memiliki blog pasti mempunyai tujuan masing-masing. ada yang menjadikan blog sebagai tempat mengekspresikan diri, berbagi ide, bahkan juga ada yang menjadikan blog sebagai ladang bisnis. apapun itu, inti dari pada tujuan blogger (termasuk saya pribadi) adalah untuk mempublikasikan tulisan supaya bisa di baca oleh halayak ramai meski resiko yang diterima adalah penyalinan tulisan tanpa izin (copy-paste). dengan dibacanya tulisan yang telah dipublikasikan, para penulis mempunyai harapan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi blognya.

Saya pribadi, menulis di blog adalah sesuatu yang menyenangkan. saya memilih menjadi blogger personal karena saya bisa bebas sebebasnya mengekspresikan diri dan menumpahkan semua apa yang saya rasakan melalui tulisan kapanpun dan dimanapun saya mau. baik ketika senang, sedih, galau, sehat atau sakit sekalipun. saya berharap ada seseorang yang memperhatikan apa yang saya tulis. dengan kata lain, saya ingin karya tulis saya dibaca, dikoreksi, juga (mungkin) ada yang memahami apa yang sedang saya rasakan. saya ingin berbagi dan saya ingin mendengarkan pendapat lain dari apa yang saya bagikan.

Saya menulis karena saya ingin dikenal. bukan dalam artian ria atau menyombongkan hasil karya. tapi dalam artian menyambung tali silaturrahmi sesama manusia, hingga pada akhirnya kita sadar dengan status kita sebagai makhluk yang selalu membutuhkan sesama. agar terjalinnya komunikasi untuk belajar, berbagi, dan menasehati.

Dan akhirnya, dengan penuh kesadaran, saya ingin mengutarakan keinginan untuk bergabung dengan Blogger Energy sebagai wadah Blogger Personal. saya berharap bisa menemukan saudara dan keluarga yang bisa berbagi ilmu dan pengetahuan tentang dunia tulis di blog.

Dan terakhir, SALAM SAPA dari saya untuk BLOGGER ENERGY. . . !


Photobucket

TULISAN NGACO



Insomnia menyerang.
apa yang harus aku lakukan?

Keluar?

Gila, malam-malam begini mau keluar kemana? jangankan manusia, ayam saja masih tidur. . .

Menghayal saja. . .!

Oke, kedengarannya menarik, tapi menghayal tentang apa, coba? Mimpi? Masa depan? Cita-cita?
Klise! udah bosan ngayal yang begituan.

Hmmmm. . .
Oia, sepertinya ada satu hal yang sedang aku fikirkan. tentang sebuah kehidupan masa lalu yang rasanya menjadi beban pikiran. ya, kehidupan masa lalu yang hari ini belum bisa membuat aku--(mungkin) keluarga yang lain yang pernah merasakan kehidupan ini--merasa bangga. bagaimana bisa bangga coba, dunianya hitam banget. nggak ada kejelasan sama sekali.

mungkin yang baca bingung. ngomongin apaan, ya?

Au ah, gelap, lagian aku juga tidak mau kalian tahu tentang kehidupan itu dan apa yang sedang terjadi dengannya. cukup aku yang merasakan. juga mereka yang masih sempat memikirkan. ntar kalau kalian pada tahu, kalian bisa-bisa ikut-ikutan pusing. aku nggak mau kalian jadi seperti itu. couz, aku sayang banget ama kalian semuaaa. . . . *hahaha*

Sempat terfikir mengapa tuhan yang maha kuasa atas segala kuasa masih menciptakan malaikat untuk memotori pergerakan dunia dengan titel dan fungsi yang berbeda-beda. Dan dengan pengetahuan yang awam sebisanya saya menjawab sendiri pertanyaan saya: karena dengan begitulah Allah yang maha kuasa menunjukkan kuasanya. dengan kata lain, Allah menunjukkan kepada manusia bagaimana kedudukan dan fungsi dari kepeminmpinan. dan yang di pimpin, harus menjalankan tugas dan peran masing-masing tanpa harus melihat (mencampuri) urusan yang lain. dengan begitu, sebuah institusi akan berjalan dengan baik dengan menanamkan nilai dan tanggung jawab sesuai peran yang diemban.

Udah, itu aja ya untuk malam ini. nggak ada bahan yang mau di tuangin. soalnya lagi heng. . .
oke, and finally, good bye and have a nice dream on your sleeps. . .

Wednesday, January 29, 2014

MUNGKIN DIAM ADALAH BENAR


Senyummu begitu getir
Ujung mataku menangkap itu

Mata kita begitu galau
Hatiku merasa kita berdua seolah retak

Tapi aku tidak percaya pada pecahan kaca
Aku menyandarkan keyakinanku pada hatimu

Mulutku bergumam tidak menentu
Lidahmu telah menyusun banyak kata namun tak terucapkan

Kita seperti si tuli dan si bisu
Tapi sayangnya hati kita telah bertaut

Cerita kita belum bisa menjadi ikhtisar
Karena dia masih menjadi sebuah konsep kasar
Dua ego yang sedang meraba dalam dua iklim

Mungkin diam adalah benar
Untuk sementara sebaiknya kita hening
Meredam dendam dan amarah

Semoga itu tidak membuat rasa kita seolah-olah menjadi pudar
Terlalu dini
Terlalu singkat
Untuk menyatakan bahwa perpisahan adalah yang terbenar


Tuesday, January 28, 2014

REFLEKSI HATI DIKALA SENJA


Seuntai bibir berwarna jingga
Bukan mulut yang berkelana
Melainkan jiwa
Meski matanya sangat dunia
Aku tetap memuja

Dia luruh bagaikan pasir hisap
Beberapa menit dia biarkan aku hinggap
Aku lalu lalang
Terbang semacam belalang

Sana sini
tabuh aku dalam hatimu
Kemari kesana 
redam aku dalam hingar bingarmu
Di situ di ujung sana 
tangkap aku dalam genggamanmu
Sekarang, saat ini 
rebahkan aku dalam sosokmu



Senja di pinggir kota lunpia
28.01.20014

Friday, January 24, 2014

TEKA-TEKI NUYA

Dua kosong kosong tiga menyiapkan berita
orang alim pembawa agama
dua kosong kosong empat penjemputan masa
masa depan yang akan terlupa
dua lima dua kosong mengukir indah
dua kosong satu kosong menuai sejarah
tujuh delapan kosong dilupakan
berbalik dari barat ke timur, utara ke selatan
mata angin berpindah
cairan berubah, beku tercipta
kebangkitan masa silam, angan.

tercipta, mungkin.
ketika doa terucap, hukum LOA tertancap
kaki tangan berbuat, mata melihat
besar bertindak, kecilpun berbuat.
raga ada, jiwa hilang, lumpuh.
satu kemudi, awak mengikuti


Wednesday, January 22, 2014

HINGGA KE DASAR KESADARAN



Menjelajahi dirinya dengan sekian hela napas yang tersisa
Tertinggal rasa yang terasah
Tanpanya, ruangan serasa kedap suara
Menghisapku hingga ke dasar kesadaran
Mendambanya
Kembali
Kembali kepadaku

Ku usahakan membuat pudar sinyal yang nyata
Ku abaikan lubuk hati yang telah memberikan jawaban
Mungkin dia, mungkin tidak, mungkin saja
Aku sibuk mengunyah curiga
Menelan bulat-bulat simpatiku agar tidak menjadi empati

Berkali aku bilang cukup dan sudah
Tapi kerap kali sanubari memanggil dan mendekap
Seluruh dia berkubang dalam angan yang terbang diatas awan
Semacam kain basah yang teronggok kusut di sudut ruangan
Dia tidak berpaling dan pergi
Dia justru mendekat dan menggenggam erat

Aku tetap sibuk merajam dan menghukum diri
Tak pantas, tak mungkin, mungkin pantas?
Caci maki sibuk hilir mudik
Rendah diri menjadi hantu gentayangan
Aku menghamburkan duka ke udara

Kali ini 
Tanpa suara
Karena rasanya luar biasa

Jatuh rasa, sekali lagi
Sekali lagi ...
Sekali lagi ...
Menginginkannya ...
Hingga ke dasar kesadaran. . .

Thursday, January 16, 2014

MEMILIH ATAU MENERIMA YANG SUDAH ADA



Memilih atau menerima yang Ada?
Pertanyaan ini yang sempat bikin aku bingung.
Setelah percakapan sesaat sama teman tentang seseorang di masa laluku, tiba-tiba pertanyaan ini muncul. Sekilas seperti pertanyaan biasa tapi ga tau kenapa buat aku ini adalah pertanyaan paling "humanis" dan paling susah.
Yah...Secara pemilih kaya aku pasti slalu pengen dapetin terbaik dalam hidup. Ups.. Ga cuma aku, mungkin manusia lain juga.
Posisi seperti ini bener-bener ga nyaman, kita harus milih orang yang kita cintai atau mencintai kita. Dulu ada pepatah yang bilang " Lebih baik menjalin hubungan dengan orang yang mencintai kita dari pada orang yang kita cintai". Sebenernya, Kalo mau realistis pasti pilihan kita jatuh pada no 2, menerima yang ada di depan kita. Tapi, kalo orang yang ada itu sama sekali bukan orang yang kita harapkan untuk menjadi pasangan kita, gimana?
Phuff.....................Pasti Ngeselin...
Waktu aku minta saran dari teman tentang ini, dia bilang lebih baik memilih yang kita cintai karena hidup itu terlalu singkat untuk kita habiskan dengan orang yang tidak kita cintai. Penjelasan lain jg aku dapat dari milis, temanku yang lain. Disitu dikatakan kalo memilih orang yang kita cintai punya tujuan yang lebih mulia dibanding menerima apa yang ada. Apa iya ya?
Pernyataan-pernyataan dari temen ku, membuat gw jatuh pada pilihan pertama. Yaitu, memilih orang yang kita cintai.Nah sekarang Kalau orang yang kita cintai ga mencintai kita, gimana?
Ya, cari cinta yang lain dong...He...He...He....Aku kan ga jelek-jelek amat He...He...He...
Ga ding...
Kalo orang yang kita cintai ga mencintai kita, setidaknya kita masih punya keluarga, sahabat dan teman-teman yang mencintai kita apa adanya. Yang bisa menghibur kita tanpa pamrih dan membuat kita tersenyum disaat kita sedih. Dan, yang paling penting lagi adalah kita punya cinta dalam diri kita yang bisa membuat diri kita lebih bahagia dan bijaksana..

Tuesday, January 14, 2014

AKU PAHAM SEKARANG


Dengan mataku yang dikutuk menjadi kelereng ini aku memperhatikan perempuan itu
Muda, biasa, tapi bias sinarnya kemana-mana
Ada sesuatu disana, dihatinya, dimatanya, dibibirnya
Banyak luka terbuka
Bertaburan asa
Mudah dibaca
Sederhana

Dengan jariku yang disulap menjadi airmatanya aku meleleh diatas pipinya
Batinnya merintih, lidahnya ingin menjerit, tapi yang terlihat hanya senyum
Aku semakin deras mengalir di pori-pori wajahnya, turun dengan perlahan tetapi pasti, pipi, hidung, ujung bibir dan mati pada ujung bajunya yang berlapis dua
Membekas basah
Aku lebur

Aku biarkan lidahku yang disulap menjadi jantungnya merasakan betapa ia kesulitan untuk hanya sekedar mengambil napas
Dia sama sekali tenggelam dalam detak nadinya sendiri
Dia kerap kali menarik napas panjang hanya untuk membuat dirinya yakin dia bisa hidup lebih lama
Untuk lebih lama lagi menanggung rahasia yang mesti ia emban
Ia tersiksa sekaligus bahagia
Kejap matanya
Sudut bibirnya
Ujung hidungnya
Jentik jari manisnya
Puting payudaranya
Katup jantungnya

Semuanya mengandung rahasia

Aku memperhatikan dengan mata kelerengku tiap kali dia menyibak rambut panjangnya
Setiap dia mengucap jutaan bahasa yang disamarkan dengan tawanya
Aku menemukan satu kata
GETIR

Lidah rapuhnya
Telinga manisnya
Kuku mungilnya
Urat dikulitnya
Asap rokoknya

Semuanya mengandung rahasia

Aku menemukan kata kedua
MISTERI

Dia menoleh ke aku, yang serta merta kembali menjadi cermin
Dan dengan warna hatinya yang terlihat jelas melalui sorot matanya
Dia katakan bahwa, ”kata yang ketiga tepatnya adalah LILIN”.

Detik itu juga aku paham.
Ya, Aku paham sekarang!

=====

 *Teruntuk dirimu yang masih belum mengenal dirimu yang sebenarnya. Tujuan yang suci bukan berarti harus mengorbankan diri sendiri. kuharap kau paham. kuharap, satu hari nanti kau kan kembali dijalan cahaya.

Monday, January 13, 2014

FUNNY EXPERIENCE. . .



“SSSSTTTT........ ada Bang Arif! Kabur, kabur, kabur!”

Bisikan Ijul diikuti langkahnya yang masuk kedalam kamar dengan sigap membingungkanku. Apalagi ketika kemudian ku lihat teman-teman satu asrama melakukan hal yang sama, lompat dari jendela, ngumpat di balik lemari, juga ada yang mematung karena mati langkah. aku? Lari sekencang-kencangnya. Padahal jarak berdiriku dengan Bang Arif sudah berjarak langkah, bukan lagi senti meter, meter, bahkan kilo meter. Ya, bisa dibilang sudah kegap duluan.

Apa peduliku soal kegap atau tidak, keputusan kabur membuatku berlari kencang menuju ke sawit-sawitan, atau lebih tepatnya dibawah pohon salak yang satu2nya tumbuh bergerombolan di lahan perkebunan sawit belakang asrama. Namun, tiba-tiba saja laki-laki sadis itu kulihat keluar dari asrama sambil melempar-lemparkan bantal, selimut, dan setumpuk kain-kain dengan bringas. kemudian berdiri tegap di bawah daun pintu yang terbuka lebar. Matanya melotot. Nafasnya membara. Nafsunya naik turun (eh ndak ding), sementara mulutnya dengan cepat mengangap hendak berteriak.

“Oh......... handsome! There’s a king, ohhh..... no .... no ..... no ......! it’s cool...., it’s a butterfly or meybe ,,, a flower! Yes!!! Awhhh.... no, sssttt.... dia permataku.... bukan rose mu, no.....! bautiful man.... emang ada???? Yessss!!!! Dia kelinciku. . . kelinciku. . ., yes... no.... yes!!! Titik. Wrong, butterfly, king.... no! Yes!! No, wrong again. Yessssssss!!!!”

Sepersekian detik, aku terpaku sesaat, sebelum mulut yang separuh mengaga mengeluarkan suara, atau jeritan lebih tepatnya

So....

Huh... huh .... huh....

Kemudian .....

“Oh tidaaaaaaaaaaakk” batinku.

Kemudian

“AKKKiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimmmm.... keluar kauuuu.... mau mati kau haaa????”

Aduh, emang nasib kalau sial tidak kemana, akhirnya suara yang kutakutkan itu keluar juga.

“Akkkkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimmmmmmmmmm, mau lari kemana kau ha????”

Untuk yang kedua kalinya, aku masih bertahan.

“Akkkkiiiiiiiiiiiiiimmmmm, keluar kauuu..... lihat saja kau nanti, mau mati kau haaaaa????”

‘aduh, kalo mau marah, marah aja dong, bang. Jangan bawa-bawa mati!” aku membatin sekaligus gemetar bersamaan dengan keringat dingin. Aku mulai berhitung dengan waktu. Satu, jika aku keluar pasti aku jadi sasaran tembak. 2 kalau tidak keluar, nanti pasti dikubur hidup-hidup. Belum sempat menghitung detik yang ke-3 teriakan itu keluar lagi.

“AAAAkkkkkiiiiiiiiiiiiiimmmm, tengok kau nanti yaa.........”

‘kampret’ pikirku.

Kemudian.

“ABBBAAAAAAAAANNNNGGGG, ini saya baaaaaaaaaaaaang, Ampun baaaaaaaanggg.....”

Dup.......

Sial!

                                                                                    ***

Sampai sekarang teman-teman masih sering mengolokku dengan kejadian itu. Wajar sih mereka pada meledek. Kami sudah beberapa tahun berteman dan hidup dalam satu asrama. Tapi baru kali itu mereka melihatku di teriaki dan keluar sarang dengan tubuh yang gemetaran.

Dari cerita yang kudengar, konon Bang Arif mantan preman Medan. Bahkan sudah beberapa kali membunuh orang di jalanan. Bahkan banyak yang menyebutkan bahwa dia adalah salah satu peserta pemberontakan PKI pada zamannya. Sampai suatu saat dia insyaf dan menjabat sebagai wakil kepala kesantrian di pondok yang aku labuhi.

Sejak peristiwa itu, aku habis-habisan jadi bahan tawaan satu sekolah, di jahilin ama teman-teman satu asrama. Atau, kalo berpapasan dengan mereka, selalu saja mereka menirukan teriakan itu. ‘AKKKKIIIIMMMM’ kata mereka sambil tertawa-tawa kegirangan.

Sebenarnya Bang Arif orang yang asyik. Suka bercanda. Humor. Juga sedikit jenius (jeniusnya dikit aja sih). Tapi, kalo dia lagi bad mut dan bawaannya pengen marah, dunia sekaan-akan terjadi bencana. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain pasrah, atau mentok-mentoknya kabur ke sawit-sawitan.

Lama kelamaan kami mulai terbiasa dengan situasi rumit seperti itu. Karena waktu yang terus berjalan, ditambah kesibukan belajar, kesadaran akan menjalani peraturan membuat kami lebih dekat dengan sang pujaan hati. Eh? Kok pujaan hati....!

Kami tidak lagi menganggapnya sebagai orang yang patut dihindari, atau ditakuti. Allahu Ma’ana. Allah bersama kami. Itu moto saat membuat masalah dan berhadapan dengan si dia. Resepnya? Gampang! Belikan dia class mild satu slop. Ah, itu ngaco! Yang benar, sami’na wa amalna! Kami dengar dan kami kerjakan. Cie!
Kalaupun kemudian mendapat sasaran tembak dari Bang Arif, tarik nafas dalam-dalam dan.... kedebuk! Tahanlah sakitnya beberapa detik, maka sebentar lagi akan tertawa bersama-sama. Hehe!

                                                                           ***

Hari itu aku benar-benar merasa capek dan letih. Ujian matematika tadi pagi benar-benar bikin punyeng. Saat tiba di asrama, aku yakin bukan hanya aku yang satu-satunya merasa keleyengan dengan soal-soal ujian barusan. Melihat Sabil yang terkapar di atas kasur entah punya siapa. dan Andi yang terus memijit kepalanya sambil sanderan di dinding. Sabar yang cuek menangkup sambil membongkar-bongkar speaker dengan obeng. Atau andika yang terus mencoret-coret kertas dengan kesal. Aku makin yakin kami memang senasib.

Entah karena kesal, pusing, atau lelah sehabis bergadang semalaman. Hampir bersamaan kami semua tertidur pulas di dalam satu kamar setelah makan siang usai.
Hembusan angin sepoi-sepoi kian membuat kami lelap. Untuk beberapa saat semua kekesalan dan keletihan hilang entah kemana. Segalanya terasa begitu tenang. Begitu nyaman. Begitu damai. Sampai saat azan isya berkumandang kami masih belum sadarkan diri. Kemudian,

Kreeeekkk ...

Aku bukan tidak mendengar derit pintu kamar dibuka. Tapi mataku terasa sangat berat. Akhirnya aku cuek dan melanjutkan tidurku. Kupikir, kenapa tidak Sabil saja yang memeriksa, dia kan yang paling dekat degan pintu. Mustahil dia tidak mendengar suara itu.

Kreeekkk ...

Bunyi itu terdengar lagi. Aku masih malas bangkit. Huhh...! ‘terlalu si Sabil!’ pikirku kesal. Habis, lagi asyik-asyik tidur! Lagian siapa sih yang mau masuk gak pake salam. Terlalu!

“Banguuuuuuun”

Ha?

Aku baru melek selebar-lebarnya. ‘Ya Allah. Laki-laki itu’ aku membatin. Kulihat Bang Arif dengan kemeja, celana goyang plus kopiah hitamnya berdiri tegap berkacak pinggang. Matanya melotot. Kakinya sudah maju dua langkah menuju Sabil. Sementara di samping Sabil ada Sabar yang tidur dengan posisi yang aduhai. Menungging. Masya Allaah!

“Hei, bangun! Semua bangun!”

Teriakan Bang Arif berhasil membangunkan Sabil, Sabar, Andi dan Andika.mereka refleks tergopoh-gopoh merapat ke tepi. Persis di tempat posisiku berdiri. Tepi dinding, juga ada jendelanya. Wajah kami sekarang kusut tak karuan. Bingung. Mati langkah. Kegap sudah!

“kab...kab...kabur aja, kabur, lompat jendela” kata andi dengan wajah tanpa dosanya.

‘Astaga andi, emangnya jarak kita dengan Bang Arif itu sejauh apa sih???’ batinku menolak ide dari kepala andi.

Bang Arif yang mendengar perkataan andi sontak bertanya, “Apa Andi?”

“Ngg...ngg....nngggaaak ada, Bang!” jawab andi gagu.

“Apanya yang tidak ada?”

“I...iy....iy....iyyaaaku.....kan.....la...gi...mik....mik....”

“Mikropon?”

“buk....Buk...”

“Mikroskop?”

“Bu,.. Buk...”

“Mike Tyson?”

“Bu...Buk....”

“Buku?”

Heh, kok Bang Arif jadi main tebak-tebakan sama Andi. Lagian si Andi, lagi genting-gentingnya gini, masa gagapnya kumat?

“Suuuu... suuu... suuuudah, jangan takut-taaaakut, sekarang buka je jendelanya, kita lari!” ujar Sabil memberi aba-aba melihat Bang Arif mendekat ke arah kami. Saking tegangnya, penyakit gagap si Andi menular ke Sabil.

Bang Arif seperti tidak mau kehilangan mangsa. Sepersekian detik dia terus mendekat. Besamaan dengan itu, kami satu persatu loncat dan kabur lewat jendela. Dan akhirnya, kamilah pemenangnya.

Urusan lari belum berhenti sampai disini. Kami masih terus berlari menuju kebelakang. Dan ketika persimpangan jalan menuju ke sumur belakang. Kami dengan cepat menyelinap di dalam semak belukar yang berbeda-beda, tapi bersebelahan.

“Sabil.” Suaraku keras igin tahu posisinya.

“Aman.”

“Andika, gimana?” Tanyaku lagi.

“Oke, ah... aku aman” suara Andika ngos-ngosan.

“iy...iyaaa....aku ju....ju...ga...o...ke...oke... Ak....ak...ku bareng Sabar....”

“eeeehhhh, Andi. Udah deh, mending kamu diam aja dari pada bikin kita tambah panik.”

Aku geli sekaligus lega mendengar suara Andi yang terbata-bata. Sambil menenangkan diri, ku terawang ilalang dari kegelapan malam. Coba cari inspirasi (kaya pujangga aja ya. . .). suasana hening sejenak. Tidak ada suara teriakan Bang Arif yang kami dengar. Hanya ada suara jangkrik yang lomba teriak ama kodok.

CINTA DATANG JUGA!



Di antara debu – debu yang terbang
Elang meloncat
Menangkap awan
Menyeret angin kecil
Bergerak kecil rambut hitam
Menuju satu titik
Bersayap biru
Aku di sini,
Mataku nanar, setengah terbang ke elang
Itukah cinta?


Oh, tidak. . .
Cinta yang kutunggu
Benar – benar datang
Begitu muda

Cinta.. Cinta.. Cinta..
Ia datang

Cinta, sini
Pegang dadaku, dan jamah hatiku. . .!



*Aku ingin jatuh cinta setiap hari. aku ingin apapun kulakukan karena dorongannya cinta. karena kuyakin, cinta mampu memberikan cahaya yang mengantarkan kepada keikhlasan dan kebahagiaan.*

Friday, January 10, 2014

POTONGAN HATI SEMUSIM LALU


Semusim yang lalu
Sudah kuberi sepotong hati
Pada sang bidadari

justru hanya menjadi tempat berlabuh
Di istana kerajaan Fantasi


Tatkala sang bidadari datang
Melirik potongan hati yang lain

Aku dengan cepat mengalihkan perhatian
Meski darahku mengisi lubang
Meski nyawaku menyerpih

kupalingkan wajahku
 

Tanah semakin tua, merah tua
Ditumbuhi bambu kuning

Bersulur hijau
Tlah terbuang potongan hati
Untuk sang bidadari

Tertimpa kenangan-kenangan
Yang tersisih dari lubuk hati. . .

Kini, aku ingat,
Bagaimana kisah, cerita, dan kehidupan
Tentang cinta
Dalam kisah potongan hati semusim lalu.



*FOR SOMEONE

APAKAH AKU ADALAH AKU?



Kadang, dalam hidup ini memang banyak hal yang tidak bisa aku duga. Seperti perasaanku yang berkembang begitu dahsyatnya pada seseorang. Semua rasa yang aku timbun kepadanya seperti letupan kembang api, seperti ledakan granat, seperti bunga yang sedang mekar, seperti remaja yang sedang jatuh cinta pada pertama kalinya. Putaran rasanya seperti komedi putar, membuat keseluruhan diriku berputar seperti gasing.

Tapi ada beberapa hal juga dari proses merasakan ini yang membuatku tidak nyaman, seperti perasaan rindu, cemburu, perasaan ingin memiliki, marah, menunggu, cemas, dan lain-lain. Sepertinya pusaran hidupku akhir-akhir ini hanya kepadanya, terpusat kepadanya. Dan itu yang aku tidak suka.
Aku adalah seseorang yang selalu menghindar untuk bereksperimen dengan diriku sendiri. Aku selalu lari dari proses, menghindar dari perubahan, malu berhadapan dengan diriku sendiri.
Itulah yang sedang aku renungi beberapa waktu belakangan ini.
Hidupku sangat dinamis, berputar sangat cepat, jungkir balik, naik turun, berkelok dan seringkali terhempas ke lembah yang tidak aku kenal.

Aku bisa merasakan diriku asing.
Aku bisa merasakan diriku terbang.
Aku bisa merasakan diriku telanjang.
Aku bisa merasakan diriku menari.
Aku bisa merasakan diriku orgasme.
Aku bisa merasakan diriku mencari tubuhnya di dalam tubuhku.

Aku seringkali mencari sesuatu yang terlalu abstrak untuk kucapai.
Tapi pembenaran yang kupakai di otakku, bukankah hidup itu memang absurd?
Kau selalu tidak bisa menebak apa yang akan terjadi 10 menit kemudian dalam hidupmu?
Kau selalu tidak bisa menebak apa yang ada dibenak dan dipikiran seseorang tentang dirimu?
Dan itu yang membuat aku menderita saat ini.
Ketika kamu mencintai segala yang ada pada diri seseorang tetapi yang bersangkutan tidak mampu menyadarinya.