Monday, May 19, 2014

HANTARAN MURAHAN



Bismillah... semoga tulisan gw nggak ngelantur.
Udah hampir sebulan bulan gw nggak bikin tulisan yang agak begizi. Soalnya. hehe.... :-)

Gara-gara liat postingan orang di facebook yg ngasih link video konser grand final Indonesian Idol, yang salah satu pesertanya Husein Alatas menyanyikan lagu duet bersama Rossa, dengan judul lagunya, "Ku pinang kau dengan bismillah....". Nah, gara-gara quote lagu tersebut jadi Trending Topic di Twitter, dengkul gw jadi gatel pengen nulis ginian.

Hehe...

Jadi, jangan salahin gw kalo opini gw agak ngawur ya. Soalnya yang buat mikir sekarang dengkul, bukan otak. Otak gw lagi kepake buat nyelesein essay paper MaKul Writing, udah seminggu nggak beres-beres. (jadi curhat) hehe. Tapi alhamdulillah udah selesai, kok. Makanya sekarang gue bisa nulis artikel “ngawur” ini.

Oke...!to the point ajah!




Coba diilhami lagi, sebuah kalimat yang secara kasat mata sih so sweet banget. Apalagi buat yang seneng dipanggil akhwat, ikhwan, ukhti, dan lain sebagainya. "Ijinkan aku meminangmu dengan bismillah..." misalnya begitu. widih! Bisa-bisa kalo ada cowok yang ngemeng gituan ke si cewek, dunia berasa milik mereka berdua kali ya? Jih!  Cuihh!

Oke. Di satu sisi, emang gw akui satu kalimat itu sarat makna. Yah, gimana enggak? Lagu tersebut diciptakan karena waktu itu lagi ada pembuatan film yang judulnya sama dengan judul lagunya. Tau kan judul filmnya? Ya, “Ku Pinang Kau Dengan Bismillah”. Dan film tersebut, yang nulis script naskah buat film yang katanya mau tayang itu emang udah ahli di bidang penulisan naskah. Masa iya dibayar mahal-mahal cuma buat bikin script sampah. Nggak mungkin dong?

Tapi, coba ilhami dari sisi yang berbeda. Pake perspektif yang lebih luas. Jangan cuma dipandang dari unsur kalimat yang mengandung unsur islami. Emang, bilang bismillah sebelum memulai itu sesuatu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah. Yang gw bilang dari perspektif yang lebih luas adalah, ketika seorang pria meminang wanita pujaannya "hanya" dengan kalimat bismillah, apa benar-benar sudah menunjukkan keseriusan dari pria tersebut?

Hehehe.... Ini Indonesia. Negara yang orang-orangnya mudah mengeluarkan kalimat apapun dari mulutnya, tapi sulit mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari. Termasuk dalam pernikahan. Gw yakin itu, walau gw sendiri belum punya pacar (lah, kok curhat?). Ah, tapi tenang aja. Jangan khawatirin gw gitu, dong. Meski belum punya pacar, gw udah punya calon bini. Tapi... ya masih di lauhul mahfudz.... hehe... *jedorrrr......

Kalo secara konotatif, meminang seorang perempuan dengan bismillah itu menurut gw ya nggak cuma diomongin bismillah, terus semua perkara kelar, tinggal menikmati malam pertama. Enak aja. Kalo gitu, gw bisa bilang cewek yang mau diajak gituan mah cewek murahan. Udah takut nggak laku, jadi mau-mau aja diajak kawin sama si cowok.

Bismillah bukan perkara yang sederhana. Apalagi ini hubungannya dengan ritual pernikahan yang kata orang harus abadi. Kalo jaman gw TK.. ahhh, gw nggak pernah TK. Ya Udah, MDA aja! Ya, kalo jaman gw MDA, Ustadzah gw bilang kalo mau ngapa-ngapain, harus dimulai dengan bismillah, diakhiri dengan alhamdulillah. Lah? Kalo diterapkan di pernikahan, jadi berabeh dong? masa iya pernikahan dipinang dengan bismillah, diceraikan dengan alhamdulillah?

Hey para kaum hawa, coba bayangkan kalo kalian udah mulai keriput dan nggak laku lagi. Kalo cowok sih kayaknya masih bisa berpetualang. hehehe.....

Beberapa hari yang lalu, tepat ketika malam grand final Indonesian Idol, gw lihat status di twitter, "meminang dengan bismillah? Dengan alquran aja udah murah. Apalagi "cuma" bismillah". Dan respon yang gue lihat di tweet tersebut, Hm... pada ngamuk semua ke yang nulis. hee..... kalau gue sih setuju-setuju aja. Lha, orang menikah bukan main-main kok. Dan untuk mendapatkan moment pernikahan tersebut ya gue rasa juga tidak main-main. Perlu usaha keras. Moment yang gue maksud di atas bukan pestanya, ya. Tapi ya hantarannya. Masa, sih, buat hantaran aja loe gak bisa usaha. Setidaknya ada lah sesuatu yang berharga yang bisa diberikan kepada calon istri. Masak, sih, lo nggak bisa dapetin duit buat beli hantaran. Nah, kalau buat beli hantaran aja nggak bisa gimana mau ngasi makan anak orang?

Ini konteksnya di Indonesia ya. Orang dari suku melayu yang susah dipercaya (termasuk gw deh kayaknya). Hehe.... Maksud dari omongan gw di atas ya kurang lebih bismillah dan alquran di kesakralan pernikahan di Indonesia udah nggak jadi jaminan kalo ke depan bakalan ada pernikahan "kedua" di kehidupan orang indonesia. Iya kan?

Mau ngeyel? Buktikan, sekarang, banyak orang yg menikah cuma pake mahar alquran dan seperangkat alat shalat, terus kalo udah bosen, ya capcus dah. Banyak kan? Dan apalagi kalo nggak salah, kemaren gw baca di koran data perceraian kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah. Alasannya? Ya karena materi. hehe....karena pernikahan di awalnya terlalu murah, jadi dijalani dengan cara yang murah juga. Hm.....

Kalau gue pribadi nih ya, kalau seandainya gue cewek, gue nggak bakalan mau nikah dengan mahar yang begituan. Logikanya aja, kalau maharnya segitu murah, gimana nanti ke depannya? Bukan matre, tapi, kalau cowok di”iya”in aja dengan hal yang begituan, lama-lama si cowok jadi mau enaknya aja.

Dan dengan posisi gw sekarang yang sebagai cowok, gw setuju-setuju aja dengan mahar yang diminta cewek. Misal, si cewek minta cincin emas, berlian, sekian juta, minta ini, minta itu, ya itu haknya cewek. Asal, dia meminta dengan melihat tenaga dan otak yang si cowok miliki. Gak mungkin kan, tuh cowok punya tenaga dan otak minim, kerjaannya cuma buruh pabrik, tapi mintanya rumah mewah 10 lantai. Waduhh... itu namanya menolak secara halus.

Gue kira, ya... seperti yang udah gue bilang, gue setuju-setuju aja. Dengan begitu, si cowok lebih bisa menunjukkan keseriusannya untuk menikahi si cewek. Dan si cewek juga lebih bisa melihat apakah si cowok itu serius atau nggak. Kalau si cowok beneran cinta ama si cewek, si cowok bakal ngelakuin apa aja, sebisanya. Dia nggak bakalan berani buat nyia-nyiain ceweknya. Cowok manapun, kalau sudah cinta, dan kalau sudah  menjadikan si cewek pendamping hidupnya, nggak bakalan mau melihat istrinya menderita karena kemiskinannya. Ya, cewek emang nggak minta langsung sih. Tapi sebagai cowok, kita sendirilah yang harus cerdas, jeli, dan berfikir bagaimana supaya apa yang cewek butuhkan itu selalu ada dan tersedia. Baik secara jasmani maupun rohani.

Gue di sini nggak memihak siapa pun ya. Nanti, gara-gara gue ngomong seperti itu si cewek jadi matre, lagi.

Nggak... gue nggak bermaksud begitu. Gue Cuma perngen si cowok, nantinya, setelah menjadi kepala keluarga mampu untuk bertanggung jawab. Mampu membahagiakan istrinya, anak-anaknya, dan tidak menjadi beban hidup istrinya. Dan kalau itu terjadi, wah... gawat. Istri yang kerja, suami asyik-asyikan di rumah. haha...

Dan buat cewek, juga harus ngerti bagaimana hidup berumah tangga yang semestinya. Sebagai istri harus mampu mejadi istri yang baik, ibu yang baik untuk anak-anak, mampu memberi dorongan kepada suami ketika suami sedang dalam masa kejatuhan, mampu memenej kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain....
Semoga omongan gw nggak kontroversial kali ini. :)

Sekian :-)





-Hakim J Ataime-


Friday, May 16, 2014

SENS DE I'AMITIĆ©


Dans la mƩmoire de l'amitiƩ


Ketika hujan datang, sahabat selalu berkata,
Walaupun hujan deras nanti berhenti, persahabatan kita tak akan berhenti...

Saat musim panas tiba, Sahabat juga berkata,
Biarpun tanah retak karena kemarau, persahabatan kita akan selalu terikat erat walau dimakan zaman...

Saat cahaya matahari menyengat bumi, sahabat pun berkata,
Panasnya bumi tak akan menghanguskan rasa cinta kita kepada seorang sahabat...

Saat musim gugur itu datang, sahabat berkata,
Daun-daun kering yanggugur hanya sebatas skenario asam manis persahabatan kita...

Ketika salju mulai mendinginkan bumi, sahabat akan berkata,
Dinginnya hari tak bisa membuat persahabatan di antara kita membeku....

Setelah semua musim terlalui, dan tibalah musim semi, sahabat lalu berkata,
Indahnya musim semi seakan menjadi saksi kebadian dalam persahabatan....


“We had joy, we had fun, we had season in the sun”
 


-Iem Memories-