Assalamu'alaikum....
Oke, kali ini ane nggak pake basa-basi. Kebanyakan basa-basi ntar jadi garing. Ini aja belum apa-apa udah garing duluan. Tuh, kan. Tuh, kan!
Bodo ah.....
Oke, kali ini ane nggak pake basa-basi. Kebanyakan basa-basi ntar jadi garing. Ini aja belum apa-apa udah garing duluan. Tuh, kan. Tuh, kan!
Bodo ah.....
Ini cerita sambungan dari "Sang Panglima Perang Irak Part I". Bagi yang belum baca, bisa di baca di: http://hakimwilliam.blogspot.com/2014/06/sang-panglima-perang-irak-part-i.html . Link-nya kepanjangan ya? haha.... soalnya ane nggak bisa bikin yang gaya-gaya gthu. Yang kaya di blog-blog keren, yang ada tulisan "klik di sini" itu lho....
Duh, gaptek banget gue... Tapi itu dulu... eh, sekarang masih sama ding....
Oke... Let's me begin!
Oke... Let's me begin!
***
Tahun 2003, adalah tahun yang kelam untuk negara
Irak. Amerika dengan ganasnya menyerang hingga meluluh lantakkan seluruh
daratan dan lautan negara tersebut. Habis sudah negara berantakan. Mayat-mayat
bergelimpangan. Puing-puing bangunan berserakan. Sudah tak ada lagi yang bisa
di selamatkan.
Akan tetapi, di tengah keputusasaan
Sadam—sebagai kepala negara, keajaiban akhirnya datang dari tangan yang telah
dikirimkan tuhan melalui Yong Dolah.
Berawal dari saran Syamsudin. Sadam meminta
pertolongan kepada Yong Dolah. Ia menyetujui. Tanpa menunggu beberapa hari.
Yong Dolah pun tiba dengan selamat dengan menggunakan pesawat yang Sadam
kirimkan langsung dari Irak.
Sesampainya Yong Dolah di Irak, dengan meminta
diri terlebih dahulu kepada Sadam, ia langsung mengambil peran sebagai panglima
dalam perperangan. Penambahan prajurit, perubahan peran, pembuatan strategi
jitu dan lain-lain, segera Yong Dolah lakukan. Bukan main sibuk Yong Dolah
waktu itu. Lari sana, lari sini. Perintah sana, perintah sini. Pekik sana,
pekik sini. Sudah-sudah, lain yang dipekik, lain yang bunyi. suara Yong Dolah
yang awalnya merdu, berubah jadi cempreng seperti knalpot Yamaha RX-King. ‘ngoeeeeeng....ngoeeeng!’
Setelah beberapa persiapan selesai, Yong Dolah
langsung mengajak pasukan turun ke lapangan. Perperangan besar siap untuk
dimulai. ‘Pasukan Siap Mati’, yang disingkat PSM, begitu Yong Dolah memberi
nama atas pasukan tersebut.
Awalnya ‘Pasukan Siap Mati’ malu-malu. Tapi
entah bagaimana caranya, Yong Dolah bisa membangkitkan atmosper mereka. Tanpa berfikir lebih panjang, ‘Pasukan Siap Mati’
yang dipimpin langsung oleh Yong dolah, dengan brutal menyerang tentara
Amerika. Meski ‘Masya Allah’ brutalnya,
mereka tetap tidak mengabaikan perintah Yong Dolah sebelumnya. Langkah demi
langkah mereka lakukan. Aba-aba dari Yong mereka dengarkan.
Strategi jitu yang telah Yong Dolah buat sebelum
perperangan berjalan dengan baik. Dalam perperangan, tak seorangpun prajurit
bisa membantah apa yang diperintahkan Yong Dolah. Jangankan membantah, jika ada
prajurit ingin berbicara saja, “Sami’na wa ato’na” kata Yong Dolah—mengatakan
kalimat yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan begitu, prajurit yang ingin
berbicara langsung mengangguk-angguk patuh. seperti boneka kucing yang biasa
terdapat di mobil ceribel.
Singkat cerita. Tanpa menunggu berjam-jam,
‘Pasukan Siap Mati’, dengan panglima perang Yong Dolah, memperoleh kemenangan
telak. Habis tentara Amerika kocar-kacir mereka buat ketakutan. Tembak sana,
tembak sini. Sampai-sampai, sudah tak ada lagi pasukan Amerika yang tersisa,
atap rumah sakitpun mereka tembak. (Ih ... ih ... ih! Macam setaaaaaan!)
Sadam Husein yang menyaksikan langsung
kemenangan pasukan negaranya, bukan main gembira. Sebentar-sebentar sujud
sukur. Sebentar-sebentar sholat sunat. Salut bukan main Si Sadam melihat
kehebatan Yong Dolah dalam berperang.
“Tak butuh pasukan banyak, Dam. Yang penting
pandai-pandai lah kita ngatur pasukan” kata Yong Dolah sambil berjabat tangan
dengan Sadam.
Sadam mengangguk setuju dengan apa yang
dikatakan Yong Dolah. Memang, selama ini bukan kekuatan pasukan yang sebenarnya
menjadi kendala utama Si Sadam dalam membentuk tentara pertahanan negaranya.
Tapi, memang pasukannya itu banyak yang ngeyel kalau dikasi tahu. ‘Memanglah
anak-anak sekarang payah diatur. Orang tua becakap tak didengar’ kata Sadam
setiap kali ada prajurit yang tidak mau menjalankan perintah dengan baik.
“Haaa Yong, Terima kasih banyak lah kalau begitu
atas bantuannya. Saye ni tak bisa pulak nak ngasi apa-apa kepada Yong. Tapi,
sebagai ucapan terima kasih tolong lah terima ini.” Sadam mengulurkan sebuah
kotak yang terbungkus rapi dengan kain berwarna merah. Merasa tak mau
pemberiannya ditolak, Sadam meraih tangan kanan Yong Dolah dan memberikannya
secara langsung.
“Oi, Dam. Apa ni? Tak usah lah kau repot-repot.
Sudah sewajarnya sebagai sanak saudara kita saling bantu, Dam. Aku menolong
engkau bukan karena nak diberi hadiah.”
“Alaaaah, Yong. Taklah seberapa yang aku berikan
dibanding jasamu yang telah menolong negara kami. Kau terimalah Yong. Jangan
sungkan.”
“Tapi, apa isi dalam kotak ni, Dam?” tanya Yong
Dolah sedikit penasaran.
“Tak lah ada apa-apa, Yong. Isinya Cuma dua ribu
golden.” Jawab Sadam sambil melemparkan senyum.
Mendengar kata dua ribu golden barusan, Yong
Dolah sontak terperanjat. “Oiii ... Banyak betul nih, Dam.”
“Tak lah banyak tu, Yong. Kalau Yong mau tambah
lagi, masih ada dalam istana saya, Yong.”
“Ai ... Jangan .... Jangan, Dam. Ini saja sudah
terlalu banyak.” Yong Dolah memegang pundak Sadam dengan penuh kerendahan hati.
“Baiklah, Dam. Kalau kau memaksa memberikan ini untukku, tak pula bisa ku
tolak. Lain kali, kalau kau nak ngasi hadiah, jangan lah dua ribu golden. Kalau
bisa tambahkanlah sedikit.” Yong Dolah tertawa-tawa. Sadar akan itu gurauan
belaka, Sadam ikut tertawa. “Bergurau saja, Dam. Jangan kau anggap serius.
Nanti, jika kau butuh bantuanku, hubungi
saja. Jangan sungkan, Dam.” lanjut Yong Dolah menawarkan bantuan jika Sadam
membutuhkan. “Kalau begitu, tolonglah siapkan aku pesawat. Aku kan nak pulang
juge!”
“Oi, tak makan tengah hari kita dulu Yong, Bini
saya dah saya suruh masak pula tadi.” Sadam mencoba menahan Yong Dolah.
“Tak usah lagi, Dam. Masih banyak kerja saya di
kampong. Lagian, terlalu lama saya meninggalkan rumah, risau pula istri saya.”
Jelas Yong Dolah.
“Baiklah kalau begitu Yong.” Sadam tersenyum.
Mengangguk. Meski ada sedikit raut kecewa karena tak bisa makan tengah hari
bersama dengan Yong Dolah, tapi Sadam tetap mencoba untuk mengerti. Orang
seperti Yong pastilah banyak yang dikerjakan. Jadi, Sadam tak mau pekerjaan
Yong Dolah yang lain terganggu hanya karena memaksanya untuk makan tengah hari
bersama.
Sadam memanggil salah satu prajurit. Setelah itu
memberi perintah untuk mengantarkan Yong Dolah pulang.
Yong Dolah menjabat tangan Sadam sekali lagi.
Sadam menerima jabatan dengan erat, lantas mengguncang-guncangkannya.
Kata perpisahan terucap. Sebelum mereka
benar-benar berpisah, Sadam memeluk Yong Dolah. Mengusap-usap punggung Yong
Dolah dengan telapak tangan kanannya. “Sekali lagi terima kasih, Yong.” Ujar
Sadam. berat sekali hati Sadam untuk melepaskan Yong Dolah pergi.
Yong Dolah hanya tersenyum. Setelah mereka
saling berpelukan, Yong Dolah mulai melangkah meninggalkan Sadam. Dengan
pesawat yang dikemudikan oleh seorang prajurit Sadam. Yong Dolah meninggalkan
tanah Irak, kembali ke kampung halaman.
Bersambung lagi....!
How To Play Free Casino Games on iPhone & Android - Online
ReplyDeleteA complete 폰타나 벳 guide to free casino games. Find the best 토토 폴리스 free 바카라 사이트 위너바카라 casino games that you can play on 마틴배팅 mobile or desktop. Find a list of 카심바 trusted casinos,