Hariku masih
carut marut. Penuh dendam, kebusukan dan kemunafikan. Mungkin aku adalah salah
satu pelaku dari ketiga hal diatas, tapi aku slalu mencoba bersyukur dengan apa
yang kudapat setiap hari.
Hidup bukan pertarungan, kawan. Ia adalah sebuah sungai. Sebuah sungai yang akan mengantarkan kita pada sebuah muara dunia dan berujung pada lautan kekelan abadi dari sang pemilik keabadian.
Kadang aku takut pada hidup yang rasanya makin hari makin mundur. Kadang ada rasa gelisah ketika hidup kita dihadapkan pada dua pilihan hati. Saat ini aku hanya bisa pasrah dan tetap menjalani apapun dan kemanapun semua cerita ini bermuara.
Apakah hidup ini akan menuntunku untuk hidup bersama orang yang kucintai, atau menuntunku pada seseorang yang rasanya lebih kompeten untuk dijadikan makmum. Selalu ada pertanyaan itu. bukankah imam dan makmum itu seperti layang-layang? layang-layang tanpa benang tidak akan pernah terbang tinggi, bukan?
Sementara , jauh dilubuk hatiku masih banyak ragu dan malu dan rasa bersalah yang menggelayut .
Karena aku
malu karena tak mampu menjalankan kewajibanku.
Dalam setiap
detikku, aku mencoba untuk tak pernah berhenti belajar. Aku belajar untuk sabar
seperti halnya aku belajar mengeja huruf dalam kepalaku kala aku kecil. Aku belajar
ikhlas sebagaimana aku belajar menghapal warna dalam kehidupanku. Aku belajar
melapangkan hatiku, belajar untuk berani mengakui kesalahanku, layaknya aku
belajar mengukir dan memahat namaku dalam sebuah batu yang dinamakan kenyataan.
Aku belajar menyuarakan hatiku agar aku bisa
menahannya dan mengubahnya menjadi sebentuk kalimat yang bisa membuat manusia merubah jalan
pikirannya. Tapi akan slalu ada realita dihadapan kita.
Kita dan
Realita. Rasanya sangat bertolak belakang bukan?
Karena harapan kadang tak
sejalan dengan kenyataan. Kadang kandas ditengah jalan. Kadang tenggelam dalam
kesombongan yang menjelma dalam jubah kenikmatan.
Aku tidak
ingin sombong dalam kenikmatan Tuhan, aku juga tidak ingin Tuhan berhenti memberi
semua kenikmatan ini. Keadaan ini yang membuat kita dihadapkan pada berbagai
pertanyaan yang tak mampu kita jawab dan pada pilihan yang tak mampu kita
pilih.
Semoga saja
aku masih punya harga diri. Harga diri yang akan membuat kita berbeda dengan
yang lainnya. Yang menjadi sebuah identitas suci hati dan jiwa seoarang
manusia..
No comments :
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda di sini. Nggak boleh pelit-pelit. Nanti kuburannya sempit.