Sunday, August 24, 2014

MOVE ON "YOUR THOUGHTS IS GONNA BE YOUR ACTIONS"




 
Jika dihitung dari beberapa jam terakhir, emosiku serasa diaduk-aduk oleh 2 orang dengan latar belakang yang berbeda. Abeng, rekan kerjaku dulu waktu masih menjadi Leader Sales Promotion.
Dan Fikri, teman rock n roll di Marimba Cafe. Ini bisa menjadi masa krusial dalam hidup. Sebuah fase pembelajaran yang mungkin saja bakal menjadi alat move on yang ampuh. Mereka datang dengan cerita berbeda 180 derajat, tapi dengan satu pembelajaran yang sama, “Aku harus berubah”.

Abeng menghubungiku melalui telpon selular di suatu pagi ketika aku akan berangkat ke kota Jakarta. Kota yang tak asing lagi bagiku, meski hanya beberapa kali saja aku mampir. Ketika namanya muncul dari layar ponsel, aku tersenyum dalam hati. “Kira-kira kejutan seperti apa lagi yang akan dia berikan?” Dia termasuk salah satu dari orang-orang paling berpengaruh dalam hidupku. Jika di urutkan berdasarkan pengaruhnya, dia bisa berada di posisi 5 besar. Mungkin suatu saat daftar ini perlu di buat dan direvisi 1 bulan sekali, nanti jika banyak waktu untuk hal itu.

Siang tadi aku bertandang kerumahnya, Dia menyampaikan maksudnya untuk memberikan 2 buah buku. Gila!! Aku tak pernah berfikir apa yang terjadi jika buku yang saat ini belum aku baca sama sekali nanti selesai kubaca. Efek seperti apa yang aku dapat? Entahlah, bukan itu yang ingin aku bahas.

Singkat cerita, siang itu pertemuan terjadi, dia kemudian menyerahkan 2 buku yang menurut dia wajib baca. Waktu kira-kira itu sudah jam 11.30, tak terasa testimoni tentang buku yang dibawa mengalir begitu saja. Juga tentang maksudnya memberikan buku itu karena tak ingin persahabatan pecah karena perbedaan pemahaman tentang agama. Akhirnya adzan dzuhur membuat jeda pembicaraan serius kami. Beberapa menit kemudian kami berlalu dengan curhat kami kepada Tuhan sebanyak 4 rakaat. Ba’da dzuhur kami kembali duduk di ruang tamu. Menghisap berbatang-batang rokok dan meneguk teh yang dari tadi sudah dingin ditiup angin.

Kami kemudian melanjutkan pembicaraan, tidak lagi membahas tentang 2 buku magis yang dia tawarkan tadi. Dia kemudian membuka cerita tentang cerita hidupnya beberapa bulan terakhir. Memang sudah lama kami tidak tahu satu sama lain kecuali status, pekerjaan, ideologi, dan segala hal-hal umum yang bukan menjadi rahasia. Kami awali dengan flashback ke masa kerja dulu. Berbagi cerita tentang teman yang masih sering kami temui. Jika dibandingkan dengan dulu, semua sudah sangat jauh berbeda. Kami sudah sama-sama dewasa, tapi terbentuk dengan hal berbeda. Aku dengan pembelajaran dosa masa lalu, dia dengan pengalaman hidup yang tak jauh beda denganku. Bahkan, mungkin, dalang dari dosa masa laluku itu adalah dia. Ah, tapi tidak juga. Aku juga sering menjadi dalang dari semua kekacauan hidup yang kami lewati bersama.

Aku terhenyak ketika dia menceritakan suatu hal. “Aku sekarang sedang menikmati indahnya kembali ke keluarga. Aku yang dulu jarang pulang rumah, tidak mau tau apa yang terjadi, sibuk dengan tugas, kerja, job, obsesi dan ambisi masa muda. Aku rindu orang tuaku, aku rindu adik-adikku. Ini saatnya aku balas dendam atas semua. Semua yang aku lakukan sekarang, pekerjaanku, mimpiku, ini aku dedikasikan hanya untuk masa depan dan keluarga”.

Aku tergoncang, aku ditampar pedas dengan kata-katanya. Ingin sekali berteriak dan menangis, tapi tidak mungkin aku lakukan di hadapannya. Teringat kembali masa-masa kelam itu, masa dimana aku seakan menghancurkan mimpiku. Mimpi orang tuaku. Masa dimana aku menghianati semua orang terdekatku. InsyaAllah saat ini aku sudah Move On dari jalan hidup masa lalu. Tapi aku belum melakukan hal yang berarti untuk menghapus semua itu apalagi menggantinya. Untuk memulai itu semua, hal yang paling mudah dilakukan adalah memulainya dari diri sendiri. Aku harus berubah. Perlahan, memang. Tapi usaha harus selalu teriring dan sejalan.

Waktu berlalu, sampailah pada pukul 13.25wib. Rasa rindu kepada bunga di sebrang kota dan penat terhadap aktivitas hari ini membuat aku memilih untuk menghabiskan waktu dengan secangkir kopi di sebuah warung tepi jalan Matraman. Aku mencoba menghubungi beberapa teman yang biasa aku temui, tapi karena sibuk dengan rutinitas masing-masing, mereka tak bisa datang. Akhirnya aku putuskan menikmati kopi panas sendirian setelah pamit dengan Abeng.

Setengah jam berlalu, ketika iseng membongkar isi ponsel aku melihat sebuah kontak dengan wajah masa lalu. Dia, teman yang sudah lama aku lupakan. Tadi juga sudah diceritakan sedikit oleh Abeng tentang hidupnya sekarang. Fikri, Dialah teman hidup rock n’ roll dulu. Sempat ragu untuk mengundangnya menghabiskan waktu berdua. Dalam hati terus bertanya, apa benar dia juga sudah berubah? Atau, masihkah dia seperti dulu? Apa manfaat setelah bertemu dengannya? Apakah dia akan membawa efek negatif lagi untukku seperti dulu? Pelan-pelan ku tepis semua pemikiran itu dan mulai mengetik pesan singkat. Dia memberikan respon, sepertinya hari ini akan menjadi panjang dengan kehadirannya.

15 menit berlalu dia sudah ada di hadapanku. Dia masih tampan seperti dulu, tak banyak yang berubah darinya kecuali satu, dia memulai pertemuan ini dengan sebuah jabatan tangan hangat. Ini berbeda karena biasanya dia memulainya dengan senyum gila, atau paling tidak dengan makian. Sungguh di luar dugaan, dia begitu dingin dan cerdas sekarang. Dia betul-betul menjaga tutur katanya dengan baik saat berbicara. Aku seperti kehilangan sesuatu darinya, aku kehilangan tingkah lakunya yang gila dan tutur katanya yang lepas. Sejenak aku berfikir, betulkah ini dia? Aku seperti kagum untuk yang ke 2 kalinya dengan dia. Dulu aku pernah kagum dengan hidupnya yang kotor, cara dia memandang hidup dengan salah. Saat ini, disaat aku benar-benar ingin berubah total, dia juga telah berubah, meski belum seutuhnya berubah seperti Abeng. Setidaknya, dia sudah berubah dari gaya penampilan, attitude, serta pola fikir. Mungkinkah mereka berdua ditakdirkan untuk menjadi inspirasi bagiku? Entahlah.

Siang itu kami habiskan dengan bercerita tentang hidup masing-masing. Tentang proses bagaimana dia memulai dan mengakhiri hidup kotor. Tentang masa lalunya beberapa tahun belakangan yang bergelut dengan benda haram dan pergaulan yang tak wajar. Tentang saat ini, yang dia bilang fase penting perjalanan hidupnya.

“Saat ini aku mulai semuanya dari awal, aku mau berhenti! Aku capek. Terlalu banyak hal dalam hidupku yang tak bisa diterima orang lain, bahkan keluarga sendiri. Masa yang benar-benar gelap itu sudah selesai, aku dalam tahap pemulihan jiwa, hati, dan fisik, bro”. Dia berbicara sambil melihatkan tubuh atletisnya hasil nge-gym ­beberapa bulan terakhir. Aku hanya tersenyum, walau sesungguhnya aku kagum. Orang seperti dia dengan latar belakang keluarga broken dan lingkungan kotor rasanya sulit untuk berubah. Aku tahu jelas masa lalunya. Rasanya butuh keajaiban untuk merubah semua itu. Tapi dia membuktikannya, tak ada yang tak mungkin di dunia ini.

Hidup memang misteri! Kita tidak tahu besok seperti apa, bertemu dengan siapa, kehilangan siapa, dan menjadi apa kita! Kita hanya mempersiapkan diri untuk itu semua, dan jika belum siap, saatnya bilang, “AKU HARUS BERUBAH!”. 

Aku percaya tentang hukum LOA (Law Of Atraction/Hukum Tarik Menarik.) Dalam sebuah buku best seller karya Ippho Santosa. “Apa yang kita pikirkan, itu yang semesta berikan”. Setidaknya itu yang berlaku padaku saat ini. Disaat niat hati ingin berubah ke arah lebih baik, Tuhan mempertemukan aku pada sahabat-sahabat lama yang luar biasa. Semoga mereka bisa menjadi inspirasi ke arah yang lebih baik untukku saat ini. Amiin...


7 comments :

  1. semangat move on jadi lebih baik bang :) mungkin dipertemukan dgn sahabat lama seperti fikri dan abeng supaya kalian bisa sama-sama saling menguatkan untuk menjadi lebih baik.

    setiap orang itu pasti punya kesempatan untuk berubah dalam hidupnya, trmasuk orng2 yg tnggl dlngkungan ktor dan dr kluarga broken, sperti fikri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, terimakasih sudah ngasi masukan.

      Semua orang memang berhak untuk menentukan arah hidupnya. tinggal kita yang menjalaninya. mau dibawa kemanakah hidup kita...

      Delete
  2. Semoga bisa menjadi yang lebih baik.
    Berubahnya jangan jadi power rangers atau ultraman ya hahaha :p
    Well, Move on itu nggak cuma bisa dilakukan dengan prinsip dan teori.
    Tanpa dukungan orang sekitar, prinsip dan teori gak bakal ada artinya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jjiiah. Udah nyoba berubah jadi power rangers berkali2 kaga bisa Bang...

      Iya, Bang. setuju ane...

      Delete
  3. itu kalimat abeng tentang kembali ke keluarga bikin nyesek banget kak. Banyak orang yang sudah bareng keluarganya menyia-nyiakan waktu, sementara tidak sedikit pula orang seperti abeng yang kembali bersama keluarga saja harus memiliki keinginan keras dulu.

    kata orang, inspirasi memang bisa datang dari siapa saja, bahkan dari musuh kita sekalipun.

    Selamat 'pindahan', kak hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semoga Allah memberikan yang terbaik.

      Makasi ya udah mampir.

      Delete
  4. Ini kisah nyata atau fiksi? Bahasanya keren.. jadi berasa lagi baca novel hehe.

    Entah kenapa aku merasa ditegur sama tulisan ini. Banyak yang harus diubah dari diri aku. Biar orang lain, khususnya keluarga sendiri, bisa nyaman sama kita.

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar anda di sini. Nggak boleh pelit-pelit. Nanti kuburannya sempit.