Friday, February 21, 2014

MEMBUAL

Oke...
Kali ini nggak serius-serius amat, soalnya amat juga nggak serius... (BODO!)

Kali ini, saya cuma mau cerita sedikit. dan sebagai pembuka, saya mau ngasi tahu. kalian sudah baca judulnya kan?

SUDAAAAAAAAAAAAHHHHH. . . .

Sudah paham maksudnya?

BELUUUUUUUMMMM........

Nah, itulah yang ingin saya kasi tahu/jelaskan terlebih dahulu.

Jadi, ceritanya, saat ini saya sedang rindu dengan kampung halaman saya tercinta--Riau. kalian tau Riau kan? Bumi pujangga yang kini sering terlupakan. Sekedar sharing informasi saja: Riau merupakan salah satu daerah asal muasal kesusasteraan melayu. karena terkenal dengan Bumi Pujangga dan bahasa yang mudah dipahami, maka bahasa Riau (bahasa kerajaan-nya) diadopsi menjadi bahasa Indonesia yang sebelum itu menjadi bahasa transaksi perdagangan (hampir) di seluruh nusantara. 

Saya Rindu bukan dengan Rusli Zainal (tersangka kasus suap PON nggak kelar-kelar), juga bukan dengan Apak Klewang (Kasihan dia sedang mendekap di penjara), dan yang pastinya juga bukan dengan kabut asapnya (sepertinya ini sudah mendarah daging). yang membuat saya rindu justru dengan bualannya orang pribumi (Melayu).

Membual merupakan sastra lisan. kalau secara harfiah diartikan berbohong. tapi berbohong di sini bukan bermaksud untuk menipu, berdusta, atau membodoh-bodohi. Membual (bagi orang melayu) sama seperti bercerita (cerita bo'ong) yang tujuannya untuk bersenda gurau, atau lebih gaulnya bercanda. Membual itu sendiri sudah menjadi tradisi turun temurun yang sampai hari ini masih bisa di dengar dari orang pribumi. biasanya di dongengkan oleh seorang ayah kepada anak, paman kepada keponakan, kakek kepada cucu, atau lainnya.

Berbeda dengan zaman dahulu, zaman sekarang tradisi tersebut semakin kurang dikenal atau kurang populer. atau, zaman sekarang cara membualnya sudah berbeda, lebih terkesan lebai. biasala virus alay sudah menyebar. jadi, ya maklum sajalah...!

Konon, di Riau, Jauh sebelum Indonesia merdeka, terdapat seorang cerdik pandai yang terkenal dengan bualannya--namanya Yong Dolah. setiap ia bercerita, tak seorang pun pendengar yang lalai dari ceritanya. selain humor, cara penyampaiannya juga terkesan professional tingkat tinggi. Jika ia bercerita, maka pendengar kebingungan untuk menganalisa mana cerita yang benar dan mana yang bohong.


Dia ini sama seperti saya. sama-sama pernah tinggal di jawa--khususnya Jawa Tengah. cuma bedanya waktu dia di Jawa, Jawa masih hutan. rumah penduduk masih satu dua. sebulan tinggal di Jawa kembali lagi ke Riau. katanya tidak betah lama-lama di jawa. bukan karena alasan susah untuk hidup atau bagaimana. tapi karena satu kajadian tragis yang pernah menimpanya.

Katanya sih dia pernah hampir bunuh-bunuhan dengan orang jawa. Masalahnya, waktu itu ada orang Jawa berburu di hutan belakang rumahnya. entah bagaiman ceritanya, Yong Dolah mendengar orang jawa itu berteriak-teriak, "BABI MELAYU. . . BABI MELAYU. . ." (Melayu bahasa jawa artinya lari)

"Aiikkk, die cakap Babi Melayu? Berani die cakap macam itu? tak tahukah die saye ni pendekar melayu? saye kasi kiri, plukkk, mati..."

Tak lengah Yong Dolah pun mengambil samurai dari dapur rumahnya. dia mengejar orang jawa yang berteriak-teriak "Babi Melayu" tadi. dan tak tahu ujung ceritanya, kita duga sajalah apa yang terjadi... hahaha    *(Ng'gantung)

kembali ke topik awal.

Jika dibandingkan dengan Stand Up comedy, saya lebih suka dengan membual yang dibawakan oleh orang Melayu. baik dari segi penyampaian maupun materinya. kalau membual tampak seperti kejadian yang nyata pernah terjadi atau dialami, soalnya kebanyakan cerita mengenai kehidupan dan kebiasaan orang sana. dan ketika bercerita tak ada tampang dosa untuk menyampaikan cerita bohong tersebut. ya, bisa dikatakan sama ketika kita mengobrol biasa, dengan wajah yang serius dan intonasi yang alami (tidak dibuat-buat sama sekali). dan selalu di akhir cerita, ditutup dengan tawaan dan cengengesan karena si pendengar yang menyangka waktu bercerita cerita itu benar, rupanya cuma bualan (mengada-ngada saja).

*duuuuuh, bahasa Indonesia saya kok jadi begini? kebawa uforia cerita Melayu kali ya?
gpp... next!
oh iya, kalau masih penasaran dengan sosok Yong Dolah, silahkan tanyakan ke Om Google. ketik Yong Dolah, maka dia akan menjawab dengan jawaban yang tidak hanya satu.

Oke, karena saya tidak suka berbasa basi, maka saya langsung ingin membual kepada sahabat-sahabat semua yang setia membaca blog ini. ini kali pertamanya saya membual dengan bahasa Indonesia, jadi kalau kurang paham, abaikan saja (AKU, KAMU, END!!).

Jadi ceritanya begini.
Waktu itu, saya dapat surat dari seorang teman yang merupakan guru di SD Antah barantah.

Isinya :

Kepada Yth-
Tuan Laksamana Hakim di Darat

Keponakanmu Si Atan ada-ada saja ulahnya. waktu jam istirahat, dia memanjat tiang bendera. sampai di puncak tiang bendera, dia ambil kertas dan pena dari saku celananya. lalu ia menuliskan sesuatu dan menyangkutkannya di ujung tiang bendera. dan ia pun tertawa, "HHAHAHAHAHA". kemudian ia turun.

Togar (orang batak) yang penasaran dengan isi tulisan di kertas yang disangkutkan di tiang bendera ikut pula memanjat. sampai di puncak ia buka, kemudian ikut pula tertawa.cekikikan,"HUAHAHAHA..." selesai tertawa ia lipat kembali, kemudian turun.

Acong juga penasaran. sekarang giliran dia yang memanjat. sampai di atas, ia baca tulisan di kertas tersebut. setelah membaca, ketawa, "MUAHAHAHAHA." setelah itu turun kembali.
Begitu seterusnya. sudah hampir seratus murid yang memanjat tiang bendera, sampai di puncak pasti tertawa membaca tulisan keponakanmu tadi.

Guru yang melihat kejadian tersebut jadi penasaran. "kenapa mereka tertawa membaca tulisan yang ditulis si Atan itu?"

Bersusah payah si guru itu memanjat tiang bendera, sampai di atas kejadiannya juga sama. si guru juga tertawa, "MUAHAHAHAHA."

Kepala sekolah jadi heran dan penasaran. Dipanjat pulalah tiang bendera oleh si Kepala Sekolah. sampai di atas tetjawablah semua keheranan dan rasa penasarannya. sambil tertawa "Kampret kau, Tan. Anak kecilpun tau kalau ini namanya tiang bendera. kenapa pula kau tulis 'INI NAMANYA TIANG BENDERAAA!!!'"

Atan dan murid yang lain, termasuk guru yang memanjat tadi ketawa cekikikan. "MUAHAHAHA."

*Dari atas tiang bendera Kepala Sekolah meloncat.
*Tiba di bawah langsung dibawa ke rumah sakit
*Pensiun jadi kepala sekolah
*Mulai lagi dengan propesi pertama sebelum menjadi Kepala Sekolah (Pemanjat kelapa)

Wassalamu'alaikum, warohmatullohi, wabarokaatuh. . .

8 comments :

  1. Entah gue bukan orang yg belajar banyak ttg StandUp Comedy, tapi menurut gue "Membual" tradisi melayu sama "Stand Up" itu jenis komedi yg berbeda, jadi gak bisa dibeda-bedain.

    StandUp comedy pada dasarnya Observasi dari suatu peristiwa, kemudian menceritakannya dengan cara komedi. Atau bisa dibilang Opini lucu. Sedangkan Membual kalo dibaca cerita diatas itu bukan observasi, guru, kepala sekolah yg memanjat tiang bendera itu gak bener2 terjadi kan? Gak mungkin dong. Hehe.. Tapi ada juga jenis komedi kek membual, namanya story telling, agak mirip dengan stand Up karena berkomedi sendirian, bedanya hanya menceritakan kisah lucu. :)

    ReplyDelete
  2. Kalo di riau ada gak berbalas pantun bahasa melayu?
    Di Jambi sih adanya begitu, berbalas pantun.
    Kalo membual, gak pernah denger disini.

    Menurut aku sih enakan Stand Up Comedy.
    Stand up comedy juga di ambil dari hal-hal nyata kok.
    Yang di sajikan sekian rupa.
    Hal nyata yang biasa awalnya, tapi gara-gara stand up comedy jadi sesuatu yang wah.
    Bikin kita ketawa sambil bilang "Iyayaya, bener banget", ya seperti menertawakan diri sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada Mbabro, berbalas pantun biasanya pas acara2 adat gthu kan? atau yang sering pas nikahan. . .

      Delete
  3. bener kata bang erik, stand up sama yang lo bahas beda jauh. kalo membual yng lo bahas kan emang bener2 bohong, buat menghasilkan tawa, tapi stand up nggak gitu...

    mungkin membual ini sering di lakuin sama alm. tufik safalas dulu dia story taller, ngelucu di atas panggung sendirian tanpa fomat, tapi cerita bohong..

    ReplyDelete
  4. Oh jadi riau itu masih kental dgn campuran budaya melayu ya? :-D

    Kalo ketertarikanku antara stand up comedy ma 'membual' tergantung siapa tokoh atau 'lakon' yg memainkannya .

    ReplyDelete
  5. Gue nggak terlalu paham sih sama yang namanya stand up comedy, tapi yang jelas selama bisa ngasih hiburan dan gue cukup bisa menikmati ya suka aja. Hmmm kalau di tempat gue "membual" itu termasuk konotasi yang negatif sih -_-

    ReplyDelete
  6. Bisa jadi bual Yong Dolah itu cikal bakal StandUp Comedy Indonesia. Karena yang aku tau tentang StandUp itu, gimana kita bicara sendirian dan menghasilkan hiburan atau membuat orang lain tertawa.

    ReplyDelete
  7. oh jadi membual itu kayak gitu, tapi aku nggak ngerti sama jalan pikiran orang yg naik ke tiang bendera itu, kalo tulisaannya ini tiang bendera, lalu apa lucunnya ya?? ah, mungkin otak saya yg terlalu berat..@.@
    tapi, emang keren sih orang dulu ceritanya itu bahasanya beda sama cerita cerita skrang apalagi stand up komedi...aihh, saya juga pingin ke Riau, kapan eaaa..hahahahha

    ReplyDelete

Tinggalkan komentar anda di sini. Nggak boleh pelit-pelit. Nanti kuburannya sempit.